Teks Berjalan

Jumat, 13 November 2009

Seks Bebas di Kalangan Pelajar






Seks bebas di kalangan pelajar rupanya sudah tak tabu lagi. Bahkan, rata-rata pelajar malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan. Beberapa waktu lalu, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kaltim melansir data bahwa sepanjang 2008 tercatat 12 persen pelajar SMP-SMA (usia 12-18 tahun) di Kota Tepian melakukan seks bebas. Bahkan, dari 300-an lebih responden yang diteliti (pelajar SMP dan SMA), sebagian besar sudah pernah melakukan hubungan intim.



Bahkan di antaranya, ada yang hamil. Celakanya, 14 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 28 persen dilakukan di rumah, sisanya dilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.Prilaku seks bebas di kalangan pelajar itu pun seperti sudah menjadi tren. Bahkan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Sumadi Atmodiharjo, direktur PKBI Kaltim menjelaskan, jika dulu pelakunya hanya satu atau dua orang dari kalangan ekonomi menengah atas, kini sudah berlaku umum. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan.Malah, saat ini kata Sumadi, persepsi remaja saat ini menganggap seks bebas menjadi sesuatu yang lumrah dilakukan, hanya atas dasar pembuktian cinta dan suka sama suka.



Seolah, seks bebas menjadi “bumbu" dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.“Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja sehingga mereka nekat melakukan seks bebas. Di antaranya, pengaruh pergaulan yang terlampau kebablasan, lingkungan, keluarga, serta media massa. Khususnya televisi dan internet,” tuturnya Sabtu (7/3).Ketika ditanya upaya yang dilakukan PKBI guna meredam prilaku menyimpang para remaja tersebut, Sumadi mengaku gencar melakukan penyuluhan ke setiap sekolah. Sebulan kata dia, bisa 2 atau 3 kali. Bahkan jika diminta, PKBI bisa melakukan penyuluhan ke sekolah lebih sering.Selain itu, PKBI juga melayani konseling bagi para remaja yang ingin tahu seputar persoalan pendidikan kesehatan reproduksi, bahaya akibat pergaulan bebas, dan penyakit seksual.“Itu cara kami untuk menyadarkan mereka.



Siapa tahu dengan begitu, pelajar atau remaja bisa sadar dan tahu persis pentingnya menjaga kehormatan,” sebutnya.Sumadi berharap, orangtua dapat intensif memperhatikan gerak-gerik anak agar anak selektif dalam memilih teman.Jangan sampai anak justru lari ke teman-temannya ketimbang dengan orangtua sendiri jika memiliki masalah. “Mengapa saya katakan demikian? Ya itu karena orangtua adalah orang terdekat anak,” ucapnya.Sementara itu, Anggun (nama samaran) yang masih duduk di bangku kelas XII di salah satu SMA swasta di Samarinda mengaku, pernah berhubungan layaknya suami-istri dengan pasangannya. Kejadiannya, dua tahun lalu, ketika ia masih duduk di kelas X. Sekarang, gadis berparas cantik itu menyesal “mahkotanya” telah hilang.Diakuinya, sebagian besar teman-teman sekolahnya pernah melakukan hubungan seks. Mereka pun menganggap itu biasa-biasa saja. Namun ketika ditanya tahukah dia bahaya dari aktivitas seks bebas itu, ia hanya menggelengkan kepala.Ia menegaskan, perilaku seks bebas yang ia lakukan dulu, bukanlah mencari kesenangan biologis semata. Melainkan karena kasih sayang orangtua, diakuinya tidak terpenuhi.Berbeda halnya Indri, sebut saja namanya begitu.



Siswi salah satu SMK negeri di Kota Tepian yang duduk di kelas X itu mengaku pernah melakukan hubungan badan dengan kekasihnya yang berstatus pelajar SMA. Kejadiannya setahun lalu, di sebuah hotel melati. “Kami melakukannya setelah malam mingguan di tempat hiburan malam. Waktu itu, kami sedikit mabuk. Jadi kami putuskan menginap di hotel. Dan, di hotel itulah, kami berikrar saling setia dan bercinta,” tuturnya.

calender grils

blog-content.com/">Free Blog Calendar